Seorang wanita berusia 25 tahun mengunjungi sebuah sekolah
anak-anak berkebutuhan khusus, namanya Dahlia. Di sana, dia mempelajari
kebiasaan dan perilaku anak-anak tersebut. Sebagai seorang calon guru, Dahlia
diharuskan mampu berinteraksi dengan mereka dengan baik. Dia mendapat kelas
yang berisi anak-anak tunanetra, mereka belajar membaca huruf-huruf braille.
Wanita muda itu tertarik dengan salah seorang anak perempuan
yang terlihat lebih ceria dibandingkan anak-anak lain. Dahlia memutuskan untuk
berbincang-bincang. Setelah berkenalan, anak perempuan itu mengaku bernama Rara
dan berusia sepuluh tahun.
"Kamu senang sekolah di tempat ini, Rara?" tanya
Dahlia.
"Aku senang, karena banyak temanku di sini," jawab
Rara sambil tersenyum.
Melihat senyum itu, Dahlia merasa kasihan, dia tidak
membayangkan bagaimana rasanya tidak bisa melihat dunia dan semua hal hanya
berwarna hitam.
Kemudian mereka makin akrab dalam perbincangan. Rara mengatakan
bahwa dia sebelumnya bisa melihat, tetapi sebuah kecelakaan mengambil
penglihatannya saat dia berusia enam tahun.
Mendengar cerita itu, Dahlia semakin iba dan merasa iba dengan
gadis kecil bernama Rara. Dia masih kecil dan kehilangan dunianya. Tak
terbayang jika hal itu terjadi pada padaku, begitu pikir Dahlia.
"Apa kamu selama ini tidak merasa sedih?" tanya Dahlia
kepada Rara yang ada di sampingnya.
Gadis kecil itu tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya,
lalu dia mengatakan. "Dalam pandanganku, orang lain juga buta. Jadi aku
tidak merasa sedih karenanya."
Dahlia ikut tersenyum lalu memeluk Rara. Siapa sangka bahwa
jawaban itu mampu membuat hati Dahlia bergetar. Dahlia menyesal karena dia
hanya bisa merasa iba kepada Rara, sedangkan Rara menerima kondisi dirinya
dengan lebih bijaksana, dan senyum yang masih mengembang di bibirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar