Minggu, 24 Juni 2012

Separuh Porsi Es Krim


Pada suatu hari, seorang anak masuk ke dalam rumah makan yang sangat terkenal dan mahal. Dia masuk seorang diri dan memakai pakaian biasa saja, tidak seperti anak-anak lain yang memakai pakaian yang bagus. Anak itu duduk di salah satu kursi lalu mengangkat tangannya untuk memanggil salah satu pelayan.

Seorang pelayan perempuan menghampiri anak kecil itu lalu memberikan buku menu makanan. Pelayan tersebut agak heran mengapa anak kecil itu berani masuk ke dalam rumah makan yang mahal, padahal dari penampilannya, pelayan itu tidak yakin bahwa sang anak kecil mampu membayar makanan yang ada.

"Berapa harga es krim yang diberi saus strawberry dan cokelat?" tanya sang anak kecil.

Sang pelayan menjawab, "Lima puluh ribu,"

Anak kecil itu memasukkan tangan ke dalam saku celana lalu mengambil beberapa receh dan menghitungnya. Lalu dia kembali bertanya, "Kalau es krim yang tidak diberi saus strawberry dan cokelat?"

Si pelayan mengerutkan kening, "Dua puluh ribu,"

Sekali lagi anak kecil itu mengambil receh dari dalam saku celananya lalu menghitung. "Kalau aku pesan separuh es krim tanpa saus strawberry dan cokelat berapa?"

Kesal dengan kelakuan pembeli kecil itu, pelayan menjawab dengan ketus, "Sepuluh ribu!"

Sang anak lalu tersenyum, "Baiklah aku pesan itu saja, terima kasih!"

Pelayan itu mencatat pesanan lalu menyerahkan pada bagian dapur lalu kembali membawa es krim pesanan. Anak itu tampak gembira dan menikmati es krim yang hanya separuh dengan suka cita. Dia melahap es krim sampai habis. Kemudian sang pelayan kembali datang memberikan nota pembayaran.

"Semua sepuluh ribu bukan?" tanya anak itu lalu membayar es krim pesanannya dengan setumpuk uang receh. Wajah sang pelayan tampak masam karena harus menghitung ulang receh-receh itu. Lalu sang anak mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari saku celana belakangnya, "dan ini tips untuk Anda!" ujar sang anak sambil menyerahkan selembar uang tersebut untuk si pelayan.

Sahabat, ada kalanya kita tidak melihat apa yang melekat pada tubuh seseorang saja sebagai penilaian. Bukan hal yang bagus untuk meremehkan seseorang karena melihat penilaian dari luar, Anda tidak akan pernah tahu pada beberapa waktu yang akan datang, seseorang yang Anda remehkan bisa jadi merupakan pengantar rejeki yang tak terduga. :)

Minggu, 17 Juni 2012

Belajar Mencintai Bunga Dandelion





Seorang pria yang sangat bangga akan rumah dan halamannya yang indah merasa jengah akhir-akhir ini. Halaman rumahnya selalu ditumbuhi bunga indah warna-warni, semua berjejer rapi dan tampak menawan, banyak orang memuji halaman rumah pria tersebut. Maka tak heran jika dia merasa jengkel dengan kehadiran bunga-bunga dandelion di sana.

Dandelion adalah tanaman liar yang sangat mudah tumbuh dan berkembang. Bunga ini menghasilkan biji-biji berbentuk kapas yang bila diterbangkan angin bisa langsung tumbuh di manapun dia mendarat. Pria tua itu sudah berusaha mencabut semua dandelion di halamannya, tetapi usahanya selalu gagal karena bunga itu selalu tumbuh.

Karena rasa bencinya pada dandelion, pria itu akhirnya mengirimkan surat pada dewan kota. Dia menanyakan apakah ada kebijakan dewan kota untuk membasmi tumbuhan liar yang merusak halamannya. Lalu dewan kota mengirimkan balasan surat yang bertuliskan, "Cara untuk mengatasi masalahmu adalah belajar mencintai dandelion itu."

Pria tua itu akhirnya belajar bahwa dandelion yang selama ini selalu buruk di matanya, perlahan menjadi bunga-bunga yang indah. Warna kuning saat dandelion berbunga tampak menawan dan mewarnai halamannya menjadi lebih ceria. Saat dandelion menjadi kapas-kapas, halamannya bagai awan halus dan lembut. Sejak saat itu, sang pria membiarkan halamannya ditumbuhi dandelion yang awalnya sangat dia benci.



Kebijakan Dari Gadis Kecil Yang Buta




Seorang wanita berusia 25 tahun mengunjungi sebuah sekolah anak-anak berkebutuhan khusus, namanya Dahlia. Di sana, dia mempelajari kebiasaan dan perilaku anak-anak tersebut. Sebagai seorang calon guru, Dahlia diharuskan mampu berinteraksi dengan mereka dengan baik. Dia mendapat kelas yang berisi anak-anak tunanetra, mereka belajar membaca huruf-huruf braille.

Wanita muda itu tertarik dengan salah seorang anak perempuan yang terlihat lebih ceria dibandingkan anak-anak lain. Dahlia memutuskan untuk berbincang-bincang. Setelah berkenalan, anak perempuan itu mengaku bernama Rara dan berusia sepuluh tahun.

"Kamu senang sekolah di tempat ini, Rara?" tanya Dahlia.

"Aku senang, karena banyak temanku di sini," jawab Rara sambil tersenyum.

Melihat senyum itu, Dahlia merasa kasihan, dia tidak membayangkan bagaimana rasanya tidak bisa melihat dunia dan semua hal hanya berwarna hitam.

Kemudian mereka makin akrab dalam perbincangan. Rara mengatakan bahwa dia sebelumnya bisa melihat, tetapi sebuah kecelakaan mengambil penglihatannya saat dia berusia enam tahun.

Mendengar cerita itu, Dahlia semakin iba dan merasa iba dengan gadis kecil bernama Rara. Dia masih kecil dan kehilangan dunianya. Tak terbayang jika hal itu terjadi pada padaku, begitu pikir Dahlia.

"Apa kamu selama ini tidak merasa sedih?" tanya Dahlia kepada Rara yang ada di sampingnya.

Gadis kecil itu tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya, lalu dia mengatakan. "Dalam pandanganku, orang lain juga buta. Jadi aku tidak merasa sedih karenanya."

Dahlia ikut tersenyum lalu memeluk Rara. Siapa sangka bahwa jawaban itu mampu membuat hati Dahlia bergetar. Dahlia menyesal karena dia hanya bisa merasa iba kepada Rara, sedangkan Rara menerima kondisi dirinya dengan lebih bijaksana, dan senyum yang masih mengembang di bibirnya.



Lihatlah Yang Tak Terlihat






Seringkali kita harus percaya (bertumpu) pada insting kita. Banyak hal di dunia ini yang memang tidak masuk akal. Banyak hal juga yang tidak seperti kelihatannya. Oleh karena itu, kita perlu melihat jauh melampaui apa yang dapat kita lihat.

Saat pasangan Anda malah tampak asyik berjalan-jalan ke mall, padahal ibunya sedang sakit keras, apa yang akan Anda pikirkan tentang dia?

Sekilas pada awalnya, Anda pasti kecewa. "Ibu sakit, kamu kok malah asyik jalan-jalan ke mall si mas..." Mungkin demikian pikiran Anda. Anda berpikir dia tidak peduli. Lalu, pikiran Anda merambat ke mana-mana dan kekecewaan terus berlanjut.

Sampai suatu kelak, Anda mendapati dia menangis tersedu-sedu di dalam mobil, sendirian. Anda baru menyadari bahwa pasangan Anda ternyata bukanlah orang yang dapat menyalurkan kesedihan dengan baik. Dia tidak tahu harus bagaimana untuk melampiaskan dukanya.

Contoh di atas hanyalah salah satu contoh bahwa apa yang terjadi kerap kali tidak seperti yang sebenarnya. Kita sebagai manusia kerap tertipu oleh mata, apa yang kita lihat dan penilaian kita sendiri.

Oleh sebab itu, seringkali kita perlu mendengar dan mempercayai hati kita, insting kita, lebih dari mata kita sendiri. Dengarkan hatimu!

Seorang bijak berkata, salah satu cara untuk mengetahui apakah tindakan kita sudah benar atau malah salah adalah melalui rasa damai.

Jika kita melakukan sesuatu dan kemudian timbul rasa sesal, bersalah, tidak enak, sedih atau perasaan negatif lainnya, maka besar kemungkinan apa yang kita lakukan itu salah. Demikian juga sebaliknya.

That's why, listen your heart!

Kepada Kamu, Tolong Bangunkan Aku




Kamu, yang masih terperangkap dalam kotak itu, kotak kenangan. Kotak yang tak pernah ingin kamu buka, tetapi sudah bisa membuatmu tersesat dengan hanya membayangkannya saja. Sejenak aku pikir akulah orang yang tepat menyelamatkanmu dari sana. Namun siapa orang paling sulit untuk ditolong? Orang yang tak mau ditolong.
Entahlah, ini antara kamu yang tak mau kutolong, atau malah kamu meminta tolong pada kenanganmu. Rasanya seperti tarik-menarik. Aku tarik kamu ke depan, tapi sepertinya kenanganmu lebih keras menarikmu ke belakang. Kadang aku melonggarkan genggamanku hanya demi menjaga tali antara aku, kamu, dan kenanganmu tak putus. Aku tak mau mendapati kamu terjatuh ke pusara kehampaan, tanpa aku. Di sisi lain, aku tak ingin kamu lepas.
Besok, ketika aku terbangun lagi, aku selalu penasaran. Sampai kapan kamu mau tinggal di sana? Aku sudah mengulurkan tangan, tangan penuh luka karena memperjuangkanmu.
Kamu, selalu menjadi sosok yang ingin kukibarkan di hati. Kuperjuangkan bebas dari rindu, apalagi sepi. Aku rela pasang badan menghadapi gengsi.
--

Kurasa, wajahmu terbuat dari racikan hujan pada jendela beserta embunnya. Dan jika aku melihatnya dalam sebuah perjalanan, tak ada rasa yang bisa menggambarkan selain kata.
Kamu, kapanpun kamu melihatku tertidur, entah karena terlalu lelah memperjuangkanmu, atau terlalu bosan menunggumu, jangan bangunkan aku. Kamu, tolong bangunkan aku, hanya ketika kamu sudah beranjak dari kenangan itu.



Sabtu, 16 Juni 2012

Hujan, Sepi dan Kenangan

                                   
                                  



Ketika hujan turun, aku selalu berterima kasih. Berterima kasih kepada hujan, karena telah memberiku kesempatan untuk melamun. Bagiku, saat hujan adalah saat yang tepat untuk melamun. Melihat tetesan hujan dari jendela yang terlihat seperti memaksa untuk masuk tapi terhalang kaca jendela. Menatap kumpulan tetesannya yang bersatu menjadi sebuah aliran air menuruni kaca jendela, seolah mereka tak lagi ada harapan untuk masuk, dan rela untuk luruh jatuh ke tanah.

Entah mengapa, hujan yang datang beramai-ramai itu hanya menghadirkan sepi. Apakah hujan terdiri atas 1% air + 99% kesepian? Jika benar begitu, yang tersisa hanya 100% kenangan.

Namun, bahkan setelah hujan berhenti pun kesepian itu tak kunjung luruh bersama aliran air hujan. Masih tetap menggantung seperti tetesan embun di pucuk daun.

                                     

Aku Hanya Ingin Mencintai, Bukan Melukai







Mencinta adalah mengambil risiko tak dicintai kembali. Mencintai tanpa harus memiliki? Aku rasa hanya ada dalam dongeng. Setiap cinta, sedikit atau banyak, akan meminta kembali, meskipun hanya berupa senyuman bahwa dia cukup bahagia disajikan cinta walaupun tak punya cinta untuk membalas.

Mencintai diam-diam adalah sebuah keharusan menyiapkan diri mendapat balasan cinta diam-diam pula, atau penolakan diam-diam juga.

Semua orang hanya ingin mencintai dan dicintai. Namun mana yang harus didahulukan? Mencintai atau dicintai? Beberapa orang mencintai dan berharap dicintai, beberapa lainnya hanya akan mencintai jika ia dicintai terlebih dahulu. Ada persamaan hasil antara kedua hal tersebut, luka.

Pengharapan selalu berbanding lurus dengan kemungkinan kekecewaan yang didapat. Semakin kamu berharap, maka semakin besar kemungkinan kamu akan kecewa.

Mencinta seperti menggenggam seekor burung. Jika kamu menggenggamnya terlalu erat, maka akan mati. Namun jika menggenggamnya terlalu longgar, dia akan pergi. Jika kamu melakukan salah satu dari kedua hal tersebut, tetap hasil akhirnya adalah luka. Di hatimu, atau hatinya.

Pilih mana? Aku selalu benci pilihan, tapi lebih benci lagi jika tidak punya pilihan sama sekali. Ada kalanya ketika kamu hanya ingin mencintai, kamu hanya berakhir dengan melukai.

Aku lebih baik dilukai, karena ketika kamu dilukai kamu selalu punya objek untuk disalahkan, dimaki-maki. Apa bedanya dengan melukai? Melukai orang lain, apalagi orang yang kamu sayang, hanya menyisakan dirimu sendiri untuk disalahkan. Selamanya, kamu hanya bisa menyalahkan diri sendiri.


                                      




“Kamu hanya bisa melihat dirimu hancur di depan bayanganmu sendiri.“

--

Aku hanya ingin mencintai, bukan melukai.

Hanya Sebuah Titik Dua dan Kurung Tutup :)



                                                 

Pernahkah kamu mengenal seseorang yang punya pengaruh besar terhadap dirimu, bahkan terlalu besar? Aku, pernah...


Seseorang seperti itu adalah seseorang yang istimewa. Seseorang yang istimewa bisa menjungkirbalikkan mood-mu dalam sekejap. Dia bisa membuatmu yang sedang dalam suasana hati sumringah menjadi diam dan menekuk muka dalam satu kedipan saja. Sederhananya, ketika dia tersenyum aku semakin tersenyum. Namun ketika dia cemberut, apapun suasana hatiku, spontan wajahku ini menjadi kusut.


Ah, apakah ini sebuah ketergantungan? Kamu selalu membuatku khawatir. Khawatir jika kamu pergi, senyumku ini akan bergantung pada senyum siapa lagi?


Sadarkah kamu pengaruhmu begitu besar buatku? Ketika aku kecewa, sedih, bahkan marah, satu simpul senyummu bisa mengembangkan senyumku yang terkubur dalam tanah hati yang gelap.


Sayang, mudah sekali bagimu melengkungkan garis bibirku ke atas atau ke bawah. Kamu tinggal pilih. Jadi aku mohon, tetaplah tersenyum, untukku, bersamaku.


Walaupun hanya sebuah titik dua dan sebuah kurung tutup :)


Maaf, Aku Tidak Sengaja!





Aku tidak sengaja jatuh cinta. Aku tidak sengaja mencuri-curi pandang ketika aku bersama kamu. Dan ketika kamu melihat ke arahku, aku tidak sengaja membuang pandanganku sejauh-jauhnya, lebih jauh dari rekor lempar lembing yang pernah tercipta, hanya untuk tetap menjaga kamu tidak tahu aku sedang memandangmu.

Aku tidak sengaja merasa senang berada dalam satu momen bersamamu. Aku tidak sengaja mengharapkan kamu ada ketika kamu dan aku tidak dalam ruang dan waktu yang sama. Celingukanku membuktikannya.

Aku tidak sengaja berharap semua barang yang kupinjamkan padamu tidak kamu kembalikan sekaligus. Aku tidak sengaja berharap kamu meminjam satu barang lagi dariku setiap kamu mengembalikan barang lainnya. Semuanya tidak sengaja beralasan agar kita tetap bertemu.

Aku tidak sengaja mengaktifkan phenylethylamine dari sistem limbik otakku saat dekat kamu. Dan itu memicu euphoria. Aku tidak sengaja sangat suka suara tawamu terhadap leluconku. Aku tidak sengaja panik jika kehabisan bahasan obrolan ketika aku berbincang dengan kamu. Rasanya dimensi waktu lari terbirit-birit jika aku sedang bersama kamu, seolah kebersamaan aku dan kamu begitu menakutkan bagi waktu.

Ketika pagi menjelang, handphone-ku adalah yang pertama ku-check. Aku tidak sengaja kecewa jika ada SMS namun bukan kamu pengirimnya. Aku tidak sengaja khawatir jika tidak tahu kabarmu.

Demi Tuhan, aku tidak sengaja uring-uringan ketika kamu tidak ada di tempat biasanya ketika aku cari. Aku tidak sengaja mencari tahu banyak hal tentangmu.
Aku tidak sengaja jatuh cinta kepadamu. Aku tidak sengaja benci membayangkan ini semua hanya pesan yang gagal aku decode dengan baik. Pesan yang kamu kirimkan begitu rumit, atau alat pen-decode-ku yang kalut tertutupi canggung, takut, rindu, cemas, harap, dan kawan-kawannya?

Aku tidak sengaja menjadikanmu “karena” dalam setiap “mengapa” yang bermuara di benakku.

Maaf, aku tidak sengaja…

Kamu tidak harus sengaja untuk jatuh cinta.

*Dua teori yang pernah aku dengar: 1) Otak tidak bisa menerima kata ‘tidak’ 2) Tiada ketidaksengajaan di dunia ini.

--

ditulis setelah melewati bersama momen-momen berharga dalam hidup, untuk kamu..