Usiaku saat itu baru 7
tahun. Gemar melakukan hal-hal yang 'dilarang' oleh kedua orang tuaku. Kata
mereka aku ini sangat aktif dan tak punya rasa takut. Kalau orang tuaku bilang
aku tak boleh memanjat, aku akan memanjat semakin tinggi. Aku hanya penasaran
saja.
Suatu hari, ibu
meninggalkanku seorang diri di rumah, karena aku sedang tidur siang. Tampaknya
ia pergi ke rumah tetangga di dekat rumahku. Ternyata aku terbangun beberapa
menit setelah ibu pergi. Sebenarnya aku ingat bahwa ibu pernah mengingatkan aku
untuk tidak bermain korek api di dalam rumah. Namun, begitulah aku, tak
mengindahkan pesannya.
Aku duduk di meja dapur.
Bersila di atas meja sambil menyalakan korek api dan membakar kertas yang sudah
kususun-susun . Sebelum kertas itu habis terbakar, aku akan mematikannya dengan
cara memukul-mukul dengan kayu. Dan setelah beberapa kali aku mengulanginya,
tiba-tiba serpihan kertas yang masih menyala terbang menyambar gorden di
jendela dapur. Aku terdiam, mengamati gorden yang perlahan terbakar. Tak berani
bergerak. Tak berani turun dari atas meja dan mematung.
Sebuah bisikan kemudian
terdengar, memintaku turun perlahan, kemudian berlari ke pintu keluar dan
meminta tolong pada tetangga sebelah rumah. Aku yang awalnya tak punya
keberanian melakukannya, kemudian beranjak mengikuti suara itu. Sempat berdiri
di pintu keluar dan menoleh ke belakang, aku melihat sesosok anak laki-laki
yang usianya mungkin hanya terpaut 1 tahun lebih tua. Ia tersenyum dan
menyuruhku pergi.
Aku selamat. Dan rumahku
juga. Hanya bagian dapur saja yang berantakan dan dimakan api, namun tak sampai
melenyapkan seluruh rumahku.
Belakangan aku tahu bahwa
sosok yang kulihat adalah almarhum kakak laki-lakiku. Yang meninggal karena
sakit saat aku masih bayi. Terima kasih kakak. kau telah menyelamatkan hidupku.
Diceritakan oleh S.A, 37 tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar